Asal Muasal Keris, Fungsi dan Pengaruhnya di Tengah Masyarakat
Keris adalah senjata tikam gugusan belati yang termasuk salah satu budaya khas Nusantara. Meski banyak sumber mengenai asal-usulnya, mayoritas sejarah mengatakan bahwa keris berasal dari Jawa.
Memiliki ujung yang lancip dan tajam, bentuk keris sangat khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam di daerah lainnya. Keris berbentuk tidak simetris karena seringkali bilahnya berkelok-kelok, dan memiliki serat lapisan logam cerah pada helai bilah.
Keris yang terkenal adalah yang memiliki gelombang dan berkelok atau bergerigi. Umumnya, sebuah keris memiliki tiga bagian yaitu bilah (pisau), hulu (gagang), dan warangka (sarung). Diukir dengan teliti, bagian-bagian keris ini memiliki arti seni tersendiri.
Bahan pembentuk keris juga beraneka ragam, seperti logam mulia, kayu, gading, hingga terbuat dari emas.
Pada zaman dahulu, keris digunakan sebagai senjata dalam duel atau peperangan, sekaligus benda pelengkap sesajen. Namun kini, keris juga menjadi salah satu aksesoris dalam berbusana, simbol kecerdikan budi, atau menjadi benda koleksi yang dilihat estetikanya.
Keris Indonesia telah terdaftar di UNESCO sebagai Warisan Kecerdikan Budi Dunia Non-Bendawi Manusia sejak 2005 lalu.
Lalu, Bagaimana Asal Muasal Keris?
Menurut buku Keris dalam Perspektif Keilmuan terbitan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2011, sejarah keris masih dianggap kurang jelas.
Denys Lombard, sejarawan dunia dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya, menulis bahwa pemakaian keris muncul sejak masa akhir Majapahit.
Mengutip perkataan Tome Pires, “Setiap orang Jawa, kaya atau miskin, harus mempunyai keris di rumah, maupun sepucuk tombak dan sebuah perisai”.
Pakar sastra Jawa dan kebudayaan Indonesia, Zoetmulder, menyebutkan bahwa pulau Jawa diduga sudah mengenal keris sejak abad ke-6 atau ke-7. Sebagian bentuk awal keris dari periode itu masih bisa dikenali, namun banyak juga yang belum teridentifikasi.
Meski nenek moyang Jawa umumnya beragama Hindu dan Budha, bukti bahwa budaya keris berasal dari India atau negara lain masih belum dapat dipastikan. Tidak ada juga bukti kaitan langsung senjata tradisional ini dengan kedua agama tadi.
Memang secara prototipe keris sudah ditemukan di beberapa candi Nusantara, yang mana pada candi di India atau negara lain, bentuk serupa keris tidak pernah ada.
Di Indonesia, relief keris dapat ditemukan di Candi Borobudur pada abad ke-8, Candi Prambanan pada abad ke-9, atau patung lelaki Jawa dengan keris di pemandian Candi Letha pada abad ke-15.
Secara umum, bentuk desainnya juga agak berbeda dengan desain keris saat ini.
Sementara, bentuk keris yang dikenal saat ini setidaknya sudah muncul sejak abad ke-10, diperkirakan menyebar dari pulau Jawa ke seluruh Asia Tenggara. Beberapa daerah tersebarnya keris seperti di Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, sebagian Sulawesi, hingga Malaysia, Brunei, Thailand Selatan, Filipina Selatan, dan lain-lain.
Keris di setiap daerah memiliki keunikan tersendiri dalam penampilan, fungsi, teknik garapan, maupun istilahnya.
Seperti Apa Pengaruh dan Fungsi Keris Pada Masyarakat?
Sejak dahulu, keris digunakan sebagai senjata, alat pusaka, objek spiritual, serta aksesoris untuk pakaian adat.
Seringkali keris juga dianggap memiliki kekuatan magis. Maka hingga saat ini, masih banyak masyarakat percaya bahwa keris dapat membawa keberuntungan sehingga terkadang dijadikan sebagai jimat.
Selain itu, keris diyakini dapat menambah keberanian dan rasa percaya diri bagi pemiliknya. Alat ini juga dapat menghindarkan serangan wabah penyakit, malapetaka, dan hama tanaman.
Sebagian orang juga percaya bahwa keris bisa menyingkirkan atau menangkal gangguan makhluk halus.
Terlepas dari sisi magis, ada beberapa fungsi lain keris bagi masyarakat.
Pertama, keris pada masa lampau digunakan sebagai senjata tradisional. Di zaman kerajaan, setiap prajurit membawa keris yang diselipkan di pinggang. Sebagai senjata pokok dalam berperang, keris bisa ditemukan di kisah Ken Arok, Amangkurat II, dan lain-lain.
Keris juga sering digunakan oleh pahlawan seperti Imam Bonjol, Hasanudin, Pangeran Diponegoro, dan sebagainya.
Kedua, sebagai benda pusaka warisan nenek moyang. Alasan ini membuat keris dibuat dan disimpan dengan sangat hati-hati. Keris juga banyak disimpan di museum atau keraton seperti Surakarta dan Yogyakarta.
Selanjutnya, keris juga menjadi lambang atau simbol terutama bagi warga daerah Jawa. Simbol atau lambang ini berupa lukisan, perkataan, lencana, dan lainnya yang mengandung arti tertentu. Simbol keris diantaranya untuk menyatakan legitimasi jabatan atau kekuasaan, lambang status, identitas, serta falsafah masyarakat Jawa.
Lalu keris juga menjadi alat perlengkapan berbagai aktivitas. Misalnya perlengkapan pertunjukan wayang, perlengkapan upacara bersih desa, perlengkapan pakaian adat, dan sebagainya.
Terakhir, fungsi keris sebagai benda seni. Jika diperhatikan, keris dengan warangkanya adalah kesatuan harmonis yang dibuat dengan imajinasi tingkat tinggi.
Berbagai fungsi tadi tentu memengaruhi nilai-nilai kebudayaan dan spiritualitas masyarakat yang menganut kepercayaan tertentu.
Di sisi lain, keris yang berasal dari Jawa menjadi simbol pelestarian budaya nusantara yang harus dimiliki setiap individu.
Leave a Reply