Keris Sengkelat Pamor Pendaringan Kebak Tangguh Mataram Senopaten
Rp3,800,000
Keris Kyai Sangkelat, yang dikenal sebagai salah satu pusaka legendaris dari Majapahit, sering dikaitkan dengan keberanian, keadilan, dan perjuangan rakyat jelata. Dalam narasi yang menggambarkan pertarungan di alam gaib, Kyai Sangkelat berhadapan dengan dua pusaka kuat lainnya: Keris Nogo Sosro dan Keris Sabuk Inten, yang merepresentasikan kaum pengusaha dan bangsawan yang menguasai perekonomian Majapahit.
Stok habis
Alasan berbelanja di Sejarahbudaya.Com
- Pesanan sebelum jam 2 siang akan diproses dihari yang sama
- Garansi uang kembali
- Bisa COD - Bayar setelah barang sampai
Deskripsi
Ulasan (0)
Deskripsi
Berat | 1500 gram |
---|---|
SKU | GT086 |
Kategori | Keris Kuno |
Tag | keris kyai sengkelat, keris sengkelat cocok untuk weton sabtu wage, keris sengkelat mataram senopaten, pusaka ageman kyai sengkelat |
Keris Sengkelat Pamor Pendaringan Kebak Tangguh Mataram Senopaten
Keris Sengkelat
Di masa akhir Kerajaan Majapahit, konflik sosial semakin tajam akibat ketidakpuasan rakyat terhadap arah pemerintahan yang lebih mengutamakan kaum pengusaha dan aristokrat daripada kepentingan rakyat jelata. Kondisi ini menciptakan ketegangan yang merembet ke berbagai aspek kehidupan, termasuk simbol-simbol kebudayaan seperti pusaka keris.
Keris Kyai Sangkelat, yang dikenal sebagai salah satu pusaka legendaris dari Majapahit, sering dikaitkan dengan keberanian, keadilan, dan perjuangan rakyat jelata. Dalam narasi yang menggambarkan pertarungan di alam gaib, Kyai Sangkelat berhadapan dengan dua pusaka kuat lainnya: Keris Nogo Sosro dan Keris Sabuk Inten, yang merepresentasikan kaum pengusaha dan bangsawan yang menguasai perekonomian Majapahit.
Nogo Sosro, dengan pamornya yang menggambarkan naga mistis yang melambangkan kekuatan dan kekayaan, menjadi simbol dari kaum pengusaha yang semakin berpengaruh dalam tatanan sosial Majapahit. Naga, dalam simbolisme Jawa, seringkali dikaitkan dengan kekuasaan yang mampu mengendalikan nasib, dan dalam konteks ini, Nogo Sosro melambangkan kekuatan ekonomi yang seolah-olah mengendalikan nasib kerajaan.
Sementara itu, Sabuk Inten, dengan kilauan “inten” atau intan pada bilahnya, melambangkan keagungan dan kekuasaan bangsawan yang menikmati kemewahan di tengah kesulitan rakyat. Sabuk Inten menjadi simbol aristokrasi yang hidup dalam kemewahan dan seringkali terputus dari realitas kehidupan rakyat jelata.
Pertarungan antara Kyai Sangkelat melawan Nogo Sosro dan Sabuk Inten menjadi alegori dari konflik sosial yang terjadi di Majapahit. Sangkelat, sebagai representasi dari rakyat, berjuang melawan ketidakadilan yang datang dari kaum penguasa ekonomi dan aristokrasi yang serakah. Dalam pertarungan ini, Sangkelat berjuang tidak hanya dengan kekuatan, tetapi juga dengan kebijaksanaan dan kehormatan, menandakan bahwa perjuangan rakyat bukan sekadar untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk menuntut keadilan dan kemanusiaan.
Pertarungan ini menggambarkan kondisi Kerajaan Majapahit yang kelam, di mana jurang perbedaan antara rakyat dan penguasa semakin melebar, menciptakan ketegangan yang pada akhirnya turut melemahkan kerajaan. Sangkelat, sebagai simbol perlawanan rakyat, tidak tunduk kepada kekayaan dan kekuasaan, tetapi tetap berdiri tegak memperjuangkan kebenaran dan kesejahteraan bersama.
Namun, dalam narasi mistis ini, hasil pertarungan tidak dinilai dari kemenangan fisik semata, tetapi dari siapa yang mampu mempertahankan nilai-nilai keadilan. Pada akhirnya, meski Majapahit jatuh, semangat Sangkelat tetap hidup dalam hati rakyat, menjadi inspirasi bagi perjuangan melawan penindasan di masa depan.
Keterangan Keris
- Kode Keris : GT086
- Dhapur : Sengkelat
- Pamor : Pendaringan Kebak
- Tangguh : Mataram Senopaten
- Panjang Bilah : 36 cm
- Warangka : Ladrang Solo Kayu Trembalo
Konsultasi dan pemaharan Pusaka 0857 3380 4499
Ulasan
Belum ada ulasan.