Selalu Menjaga Amanah Pelanggan

Keris Pandawa Cinarita Pamor Blarak Sineret Tangguh Madiun Sepuh

11 Dilihat

Rp11,000,000

PANDHAWA CINARITA, adalah salah satu bentuk dhapur keris luk lima. Bilahnya ada yang nglimpa, ada yang nggigir sapi; memakai ada-ada. Keris ini memakai kembang kacang; lambe gajah, sogokan rangkap, sraweyan dan greneng. Keris dhapur Pandawa Cinarita tergolong populer walaupun sekarang jarang dijumpai. Karena dianggap bertuah baik bagi orang yang mencari nafkah dengan cara bicara, keris berdhapur Pandhawa Cinarita ini dahulu banyak dimiliki oleh para Dalang.

Stok 1

- +
Alasan berbelanja di Sejarahbudaya.Com
  • Pesanan sebelum jam 2 siang akan diproses dihari yang sama
  • Garansi uang kembali
  • Bisa COD - Bayar setelah barang sampai
  • Deskripsi
  • Ulasan (0)
  • Deskripsi
    Berat2000 gram
    SKU123
    Kategori
    Tag, , , ,

    Keris Pandawa Cinarita Pamor Blarak Sineret Tangguh Madiun Sepuh

    Keterangan Keris

    • Dhapur Keris : Pandawa Cinarita
    • Pamor Keris : Blarak Sineret
    • Tangguh : Madiun
    • Warangka : Ladrang Surakarta Kayu Trembalo Iras
    • Pendok : Blewah Mamas Lawasan

    Filosofi Keris Pandawa Cinarita

    PANDHAWA CINARITA, adalah salah satu bentuk dhapur keris luk lima. Bilahnya ada yang nglimpa, ada yang nggigir sapi; memakai ada-ada. Keris ini memakai kembang kacang; lambe gajah, sogokan rangkap, sraweyan dan greneng. Keris dhapur Pandawa Cinarita tergolong populer walaupun sekarang jarang dijumpai. Karena dianggap bertuah baik bagi orang yang mencari nafkah dengan cara bicara, keris berdhapur Pandhawa Cinarita ini dahulu banyak dimiliki oleh para Dalang. Hingga kini dhapur keris ini banyak diburu oleh mereka yang berprofesi sebagai Sales, MC, Motivator, Pembicara, Artis, Jaksa, Pengacara dan lain sebagainya. Salah satu pusaka milik keraton Kasultanan Yogyakarta yang berdhapur Pandhawa Cinarita adalah Kanjeng Kyai Mulyokusumo.

    Dalam dunia pewayangan, rukun Islam oleh Sunan Kalijaga digambarkan melalui lima kesatria Pandawa. Para tokoh protagonis sekalipun dapat sekali-kali melakukan kesalahan. Sehingga bagaimanapun karakter diciptakan, akan tetap ‘manusiawi’. Berikut penjabarannya;

    • Rukun Pertama, dijelmakan dalam tokoh tertua Raden Yudhistira alias Samiaji atau Puntadewa. Dengan senjata pamungkasnya Jimat Kalimosodo (Kalimat Syahadat), raja bijaksana itu tidak pernah kalah dan tidak pernah putus asa. Ia selalu sabar menghadapi musibah, senantiasa berbaik sangka kepada setiap orang, dan kalau perlu mengalah demi menjaga persatuan menuju kejayaan.
    • Rukun kedua, salat (fardhu), diisyaratkan melalui Raden Werkudara atau Bima (Brathasena), yang tidak pernah duduk dan selalu siap dengan Kuku Pancanaka-nya. Artinya, salat lima waktu tidak boleh tidak mesti ditegakkan dalam keadaan apapun. Sedang sakit pun salat harus tetap dikerjakan seperti halnya Bima yang selalu berdiri kokoh setiap saat. Lewat pelaksanaan salat, derajat manusia adalah sama tidak dibeda- bedakan, termasuk antara orang kecil dan pembesar negara sekalipun. Hal itu diibaratkan sama dengan sikap Werkudara yang tidak pernah memakai bahasa halus kromo inggil dan tetap berbicara ngoko kepada semua orang, tanpa bermaksud kurang ajar.
    • Rukun ketiga, puasa (dalam bulan Ramadan), menggunakan lambang Raden Arjuna (Raden Permadi), ksatria Pandawa yang paling tampan dan banyak digandrungi kaum hawa. Persis seperti orang berpuasa, godaan hawa nafsu akan tiba-tiba menjadi banyak sekali. Andaikata tidak kuat melawannya, pasti akan jebol pertahanannya.
    • Rukun keempat dan kelima, zakat dan haji, digambarkan sebagai dua ksatria kembar, Raden Nakula dan Raden Sadewa. Mereka adalah tokoh yang tidak sering muncul, sebagaimana zakat dan haji yang hanya diwajibkan bagi orang-orang yang mampu. Akan tetapi, tanpa Nakula dan Sadewa, Pandawa akan rapuh dan tidak bisa berdiri tegak. Begitu pula umat Islam, jika tidak ada para hartawan yang sanggup membayar zakat dan menunaikan haji, fakir miskin akan terancam oleh kekafiran dan pemurtadan. Kesenjangan sosial antara orang kaya dan orang melarat tidak akan terjembatani.

    Filosofi Pamor Blarak Sineret

    Filosofi keris dengan pamor blarak sineret mencerminkan berbagai nilai dan keyakinan yang dihormati dalam budaya Jawa, dan karena memiliki nilai historis, spiritual, dan mistis yang tinggi.
    Keris dengan pamor blarak sineret dianggap memiliki energi magis yang dapat memberikan pemiliknya keberanian dan kemampuan untuk menjadi pemimpin yang bijaksana.

    Admin Sejarah Budaya 0857 3380 4499

    Ulasan (0)

    Ulasan

    Belum ada ulasan.

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Keris Pandawa Cinarita Pamor Blarak Sineret Tangguh Madiun Sepuh
    Rp11,000,000
    ×

    Shopping Cart

    Tidak ada produk di keranjang.

    Kembali ke toko